Hadis-Hadis Maudhu’ Seputar Nisfu Syakban

  • 5:1 min

  • 28 Mar 2021
  • Admin Web

Setiap pertengahan bulan Syakban, tepatnya pada malam 15 Syakban yang masyhur disebut dengan “nisfu syakban” beredar banyak informasi yang berisi ajakan untuk mengerjakan suatu amalan sembari dijelaskan keutamaan atau pahalanya. Amalan-amalan tersebut disandarkan padi Nabi Muhammad saw, padahal beliau tidak pernah melakukannya.

Ketika ada suatu amalan atau ibadah yang tidak sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi saw, berarti amalan tersebut adalah bid’ah. Sudah kita ketahui bersama bahwa membuat hal-hal baru—dalam bidang ibadah mahdah—itu adalah bid’ah yang oleh Nabi saw divonis sesat dan tentunya ditolak oleh syari’at. Nabi saw bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ. (رواه البخاري ومسلم)

Artinya: Dari Aisyah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata, Rasulullah saw bersabda: Barang siapa membuat hal baru dalam urusan (agama) kami ini yang tidak ada contohnya, maka hal baru tersebut tertolak. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ . (رواه مسلم)

Artinya: (Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda) Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada (contohnya) dari kami, maka amalan tersebut tertolak. (HR. Muslim dari Aisyah r.a.)

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا، وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ ؛ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ. (رواه الترمذي وابن ماجه)

Artinya: (Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda) Ikutilah sunnahku, dan sunnah khulafaurrasyidin yang diberikan petunjuk, pegang eratlah sunnah tersebut dan gigitlah dengan geraham (pertahankanlah) sunnah tersebut. waspadalah terhadap perkara-perkara baru (dalam ibadah); Sesungguhnya setiap hal yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat. (HR. at-Tirmizi dan Ibnu Majah dari al-Baridh ibn Sariyah r.a.)

Informasi yang disebar luaskan terkait dengan amalan pada malam nisfu syakban, sesungguhnya itu didasarkan pada hadis-hadis maudhu’ (palsu). Hadis maudhu’ adalah hadis yang masih dalam kategori hadis dhaif disebabkan adanya kecacatan pada perawi hadisnya, yaitu hadis yang dibuat oleh perawi yang suka berdusta dengan menyandarkan hadisnya pada Rasulullah saw. (Lihat Taysir Musthalah al-Hadis)

Rasulullah saw telah mengecam orang-orang yang berdusta dengan mengatasnamakan beliau berarti orang tersebut telah menyiapkan tempatnya kelak di neraka. Rasulullah saw bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا ؛ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ. (رواه البخاري و مسلم)

Artinya: Dari Abu Hurairah (diriwayatkan bahwa) ia berkata, Rasulullah saw bersabda: Barang siapa berdusta mengatasnamakan aku, maka kelak dia akan menempati tempat duduknya di neraka. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Hadis-Hadis Maudhu’ Seputar Nisfu Syakban

Ibnu al-Jauzi al-Qarasyi dalam al-Maudhu’at—kitab yang menghimpun hadis-hadis maudhu’—menyebutkan ada tiga hadis maudhu’ yang populer dan banyak tersiar di kalangan masyarakat mengenai malam nisfu syakban. Adapun hadis-hadis tersebut diklaim diriwayatkan dari jalur sahabat Ali ibn Abi Thalib, Ibnu Umar, dan Abu Ja’far. [2]

Pertama, hadis yang diriwayatkan dari jalur Ali ibn Abi Thalib

…..عن ليث عن مجاهد عن علي رضي الله عنه أنه عليه السلام قال : “يا علي من صلى مائة ركعة في ليلة النصف من شعبان ، فقرأ في كل ركعة بفاتحة الكتاب مرة ، و{قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} أحد عشرة مرات”. قال عليه السلام : “يا علي ما من عبد يصلي هذه الصلاة إلا قضى الله له كل حاجة طلبها تلك الليلة ، ويبعث الله سبعين ألف ملك يكتبون له الحسنات ويمحون عنه السيئات ، ويرفعون له الدرجات إلى رأس السنة ، ويبعث الله في جنات عدن سبعين ألف ملك وسبعمائة ألف يبنون له المدائن والقصور.

Artinya: Dari Laits dari Mujahid telah (driwayatkan) dari Ali r.a. bahwasannya Nabi saw bersabda: Wahai Ali, barang siapa salat 100 rakaat pada malam nisfu (pertengahan) syakban, lalu ia membaca di setiap rakaatnya al-Fatihah dan Qul Huwallahu Ahad (surat al-Ikhlas) 10 kali. Lalu Nabi saw menegaskan: Maka tidaklah bagi hamba yang mengerjakan salat itu, melainkan Allah akan memenuhi (mengabulkan) setiap hajat/permintaannya pada malam itu. Dan Allah akan mengutus 1000 malaikat yang akan menuliskan baginya segala kebaikan dan menghapuskan segala kesalahannya, dan mereka akan diangkat derajatnya pada puncak sunnah, serta Allah akan mengutus 1000 malaikat di surga yang mengalir dan 70.000 malaikat yang akan membuatkannya berbagai bangunan dan juga istana.

Kedua, hadis yang diriwayatkan dari jalur Ibnu Umar

…..عن يزيد بن محمد عن أبيه محمد بمن مروان عن ابن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من قرأ ليلة النصف من شعبان ألف مرة قل هو الله أحد في مائة ركعة لم يخرج من الدنيا حتى يبعث الله إليه في منامه ملك ثلاثون يبشرونه بالجنة وثلاثون يؤمنونه من النار وثلاثون يعصمونه من أن يخطئ وعشر يكيدون من عاداه

Artinya: Dari Yazid ibn Muhammad dari bapaknya Muhammad ibn Marwan (diriwayatkan) dari Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah saw bersabda: Barang siapa membaca 1000 kali Qul huwallahu Ahad (surat al-Ikhlas) pada malam nisfu syakban yang dibaca 100 kali pada setiap rakaat salat, maka dia tidak akan keluar (pergi) dari dunia sampai Allah mengutus padanya dalam mimpinya 30 malaikat yang akan menyampaikan kabar gembira padanya berupa surga, 30 malaikat akan memberikan keamanan dari api neraka, 30 malaikat akan menjaganya dari kesalahan (perbuatan dosa), serta 10 sisanya akan membantunya dalam melawan musuh-musuhnya.

Ketiga, hadis yang diriwayatkan dari jalur Abu Ja’far

…..عن عمرو بن مقدام عن جعفر بن محمد عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من قرأ ليلة النصف من شعبان ألف مرة قل هة الله أحد عشر مرات, لم يمت حتى يبعث الله اليه مائة ملك ثلاثون يبشرونه بالجنة وثلاثون يؤمنونه من النار وثلاثون يقومونه من أن يخطئ وعشر أملاك يكتبون أعداه.

Artinya: Dari Amr ibn Miqdam dari Ja’far ibn Muhammad dari bapaknya (diriwayatkan) bahwa ia berkata, Rasulullah saw bersabda: Barang siapa membaca 1000 kali Qul Huwallahu Ahad pada malam nisfu Syakban, maka kelak ia tidak mati sampai Allah mengutus kepadanya 100 malaikat; 30 malaikat yang akan menyampaikan kabar gembira padanya berupa surga, 30 malaikat akan memberikan keamanan dari api neraka, 30 malaikat akan menjaganya dari kesalahan (perbuatan dosa),serta 10 malaikat akan membantunya menyelesaikan urusan dengan musuh-musuhnya.

Ibnul Jauzi menuturkan bahwa mayoritas perawi dalam hadis-hadis tersebut majhul (tidak diketahui identitasnya) dan mereka juga dinilai dhaif (perawi yang memiliki kecacatan). Betapa banyak orang menyibukkan dirinya dengan mengerjakan amalan di malam tersebut, sehingga pada waktu subuh mereka lalai karena kelelahan dan di pagi harinya mereka menjadi orang-orang yang malas atau lemas.

Kontroversi Hadis-Hadis Nisfu Syakban

Dalam aspek ibadah, selain al-Qur’an yang dijadikan sumber syari’at adalah hadis-hadis maqbulah (dapat diterima), yaitu hadis yang memiliki kualitas sahih lidzatihi, sahih lighairihi, hasan lidzatihi, dan hasan lighairihi. Para ulama hadis telah membuat indikasi-indikasi suatu hadis menjadi sahih atau maqbul; ittishal as-Sanad (Adanya ketersambungan sanad), dhobtu ar-Ruwah (perawi memiliki kualitas hafalan yang baik), adalah ar-Ruwah (perawi dipandang adil-bukan orang yang fasik dalam agama, dll.), adam as-Syudzuz (tidak menyelisihi hadis yang lebih tinggi kualitasnya), dan adam al-Illat (tidak ada kesamaran dan kecacatan dalam hadis). (Lihat Taysir Musthalah al-Hadis).

Hadis-hadis maudhu’ yang telah disebutkan memiliki kontroversi, yaitu para perawi dipandang tidak dhobit dan adil, dan secara matan (isi hadis) menyelisihi hadis-hadis sahih yang menjelaskan tentang kaifiyat salat Nabi saw, serta menyelisihi hadis-hadis sahih yang berkaitan dengan pahala atau keutamaan berkaitan dengan amalan salat malam, membaca al-Qur’an, dan amal lainnya.

Selain itu, Yusuf al-Qardhawi dalam kitabnya Al-Madkhal Li Dirasah as-Sunnah an-Nabawiyyah juga menjelaskan terkait dengan metodologi dalam memahami sunnah, di antaranya adalah sunnah atau hadis tidak boleh bertentangan dengan nash-nash al-Qur’an. Hadis-hadis maudhu’ di atas sangat bertentangan dengan al-Qur’an sebagai pedoman primer bagi kaum Muslimin. Setiap Muslim yang ingin masuk surga senatiasa harus banyak melakukan berbagai amal saleh, seperti salat, zakat, puasa, sedekah, tahajjud, dan sebagainya. Tidak bisa seorang Muslim dapat dijamin sebagai ahli surga hanya dengan mengerjakan amalan di malam nisfu syakban.

Itulah hadis-hadis maudhu’ seputar amalan di malam nisfu syakban dan masih banyak lagi hadis-hadis dhaif-maudhu’ yang beredar di masyarakat, seperti anjuran untuk menghidupkan malam nisfu syakban, lalu berpuasa di siang harinya. Ada juga hadis yang menyebutkan bahwa Allah swt turun secara khusus pada malam nisfu syakban, dsb. Semoga kita semua dapat lebih berhati-hati dan menyikapi dengan bijak informasi yang beredar seputar nisfu syakban.

Wallahu A’lam bis Shawwab.

Admin Web

Admin Web
  • Diposting oleh:

  • Share this post:

    Post tags