Waktu terus bergulir, tak terasa bulan suci Ramadhan yang dinantikan kian mendekat. Sekarang sudah memasuki hari-hari di bulan Sya’ban. Ini berarti Ramadhan tinggal menghitung hari. Oleh karenanya, setiap muslim perlu semakin mempersiapkan diri, baik fisik maupun mental untuk menyambut tamu agung tersebut.
Ada sebuah fakta menarik setiap kali Ramadhan datang. Fakta ini agaknya amat sulit untuk diubah di kalangan kaum muslimin, yaitu kesadaran untuk menghidupkan hari-hari Ramadhan dengan ketaatan dan amal saleh secara kontinu, bukan di awal-awal Ramadhan saja. Hal tersebut dalam epistemologi Islam disebut dengan “istiqamah”. Ya, istiqamah ini secara lafadz sangat mudah untuk diungkapkan, tetapi tidak mudah secara praktik di lapangan. Perlu tekad yang kuat dan perjuangan yang besar untuk menjadikan diri istiqamah.
Contohnya, ketika Ramadhan datang orang-orang akan bersemangat dan beramai-ramai untuk mengikuti salat tarawih di masjid atau mushala sekitar rumah. Sampai-sampai masjid atau mushala terasa sempit dan sumpek, sehingga dirasa perlu adanya perluasan. Sedihnya, gelora semangat dan keramaian tersebut tidak berlangsung lama, kira-kira hanya terjadi di pekan pertama Ramadhan saja. Kelak tinggal tersisa pemain-pemain tetap yang sudah senior secara umur, yaitu hamba-hamba pilihan Allah swt yang biasa memakmurkan masjid di hari-hari biasanya. Begitu juga yang terjadi dengan ibadah dan amal saleh lainnya.
Fenomena seperti itu terjadi disebabkan sebelum Ramadhan datang mereka belum mempersiapkan diri untuk membiasakan melakukan amal-amal saleh seperti puasa, salat malam, membaca al-Qur’an, dan sebagainya. Padahal sudah sering mendapat ceramah, kajian, dan motivasi terkait Ramadhan, tetapi tetap saja tidak cukup untuk menjadi stimulus tanpa adanya tekad kuat dan perjuangan untuk melakukannya secara kontinu. Oleh sebab itu tidaklah mudah mendapatkan gelar pemenang berupa “takwa” dari Allah swt bagi hamba-hamba-Nya dalam kompetisi amal saleh dan ketaatan di bulan Ramadhan. Inilah istiqamah yang ringan di lisan, tetapi amat berat dalam sikap dan tindakan.
Hakikat Istiqamah
Istiqamah adalah salah satu akhlak terpuji yang harus dimiliki oleh setiap orang, terkhusus kaum Muslimin. Istiqamah secara etimologi merupakan bentuk Masdar (kata benda) dari kata ‘istaqāma-yastaqīmu-istiqāmah’ yang maknanya berlaku/bersikap tegak, lurus, stabil, dan terus berlangsung. Sedangkan secara terminologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istiqamah adalah sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Sedangkan dalam terminologi akhlak—sebagaiaman yang diungkapkan Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Akhlaq—istiqamah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Seorang yang istiqamah adalah laksana batu karang di tengah-tengah lautan yang tidak bergeser sedikit pun walau dihantam oleh gelombang besar yang bergulung-gulung.
Istiqamah secara eksplisit diperintahkan oleh Allah swt di dalam al-Qur’an dan oleh Nabi Muhammad saw dalam hadisnya berikut:
قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ فَٱسۡتَقِيمُوٓاْ إِلَيۡهِ وَٱسۡتَغۡفِرُوهُۗ وَوَيۡلٞ لِّلۡمُشۡرِكِينَ
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu istiqamhlah (tetaplah kamu beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Dan celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya). (QS. Fushshilat (41): 6)
فَٱسۡتَقِمۡ كَمَآ أُمِرۡتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطۡغَوۡاْۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٞ
Artinya: Maka istiqamahlah engkau (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud (11): 112)
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ. قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ. (رواه مسلم)
Artinya: Dari Sufyan bin Abdullah al-Tsaqofiy (diriwayatkan bahwa) ia berkata: aku berkata, Wahai Rasulullah, sampaikan kepadaku tentang Islam, yang pertanyaan ini tidak aku tanyakan kepada orang lain. Beliau bersabda: Katakanlah aku beriman kepada Allah, lalu istiqamahlah. (HR. Muslim)
Faedah dari Istiqamah
Orang-orang yang istiqamah tidak akan sia-sia, melainkan akan mendapatkan faedah dari ke-istiqamahan-nya itu yang akan diberikan oleh Allah swt. Di antara faedah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang istiqamah adalah:
Pertama, orang yang istiqamah akan dijauhkan oleh Allah swt dari rasa takut dan sedih yang negatif; takut menyatakan kebenaran, takut menghadapi pronlematika hidup, kesedihan yang mendalam atas musibah yang didapat, dan sebagainya. Kemudian, Allah juga menjanjikan untuk memberikan perlindungan (jaminan)-Nya kepada orang yang istiqamah; perlindungan dalam hidup, jaminan untuk meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat. Puncaknya, orang-orang istiqamah akan diberikan kabar gembira berupa mendapatkan surga-Nya. Hal ini diterangkan oleh Allah swt dalam firman-Nya:
إِنَّ ٱلَّذِینَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَـٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَیۡهِمُ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحۡزَنُوا۟ وَأَبۡشِرُوا۟ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِی كُنتُمۡ تُوعَدُونَ نَحۡنُ أَوۡلِیَاۤؤُكُمۡ فِی ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَا وَفِی ٱلۡـَٔاخِرَةِۖ وَلَكُمۡ فِیهَا مَا تَشۡتَهِیۤ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِیهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلࣰا مِّنۡ غَفُورࣲ رَّحِیمࣲ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka istiqamah (meneguhkan pendirian mereka), maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta. Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Fushshilat (41): 30-32)
Kedua, orang yang istiqamah akan dicintai oleh Allah swt. ini karena Allah senantiasa menyukai amalan yang sedikit tetapi dilakukan dengan kontinu, dari pada amalan banyak tetapi dilakukan hanya sekali saja. Jikalau seseorang sudah dicintai oleh Allah swt, maka segala permintaannya akan dikabulkan, serta segala problematika hidupnya akan dimudahkan. Rasulullah saw bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّهَا قَالَتْ : سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ ؟ قَالَ : أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ. (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Dari ‘Aisyah r.a. (diriwayatkan) bahwa ia berkata: Nabi saw ditanya: Amal seperti apakah yang dicintai oleh Allah? Beliau menjawab: Amalan yang dilakukan secara terus menerus (kontinu) walaupun sedikit. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Demikianlah hakikat dan faedah yang didapatkan bagi orang-orang yang istiqamah. Perlu perjuangan untuk menjadi bagian dari hamba-hamba Allah yang istiqamah. Terlebih ketika di bulan Ramadhan. Jangan sampai kesempatan bertemu Ramadhan disia-siakan. Rasulullah saw saja, sosok manusia agung yang senantiasa ma’shum dari dosa, dan sudah mendapat jaminan surga dari Allah beliau senantiasa selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik tatkala bertemu dengan Ramadhan, terlebih pada sepuluh hari terakhir Ramadhan beliau akan mengencangkan sarungnya untuk beri’tikaf dengan memperbanyak ibadah.
Wallahu A’lam bis Shawwab.