Oleh : Siti Alisah (Siswa Didik Baitul Maal)
Pendidikan merupakan sarana bagi generasi muda untuk mengasah keilmuan serta pengetahuan, memberikan pembelajaran dengan cara yang sebaik mungkin agar kebodohan pada bangsa ini dapat terminimalisir. Namun, apakah Pendidikan saat ini sudah berkemajuan ataukah malah menyulitkan generasi muda?
Secara teknologi, kemajuan pendidika di Indonesia cukup dikatakan sudah maju jika dilihat dari sudut pandang perkotaan. Namun, hal ini masih belum selaras jika dilihat dari sudut pandang pedesaan yang masih terkesan kaku. Minimnya fasilitas pendidikan yang berada di pedesaan mengakibatkan tingkat pendidikan sangat rendah sehingga berdampak pada perekonomian masyarakatnya.
Minimnya pendidikan di pedesaan berdampak pada generasi muda saat ini di tengah pembelajaran yang serba online, bahkan segala aspek kehidupan saat ini dibumbui dengan dalih online. Banyak orang tua yang mengeluh karena melihat anaknya selalu berada di depan layar gawai mereka, yang mana hal tersebut tidak bisa kita pungkiri bahwa gawai atau handphone di zaman ini sudah menjadi hal yang harus menemani aktivitas keseharian masyarakat.
Namun, apa jadinya jika banyak dari orang tua yang tidak paham untuk mengoperasikan gawai tersebut sekaligus mengajarkan anaknya belajar di samping pekerjaan rumah yang selalu menghantui setiap harinya? Benar saja, hal tersebut sangat memengaruhi kualitas belajar anak. Anak yang seharusnya fokus belajar di samping gurunya yang materi ajar, kini amat sangat berubah di mana peran orang tualah yang sangat penting di tengah pandemi. Semua kegiatan belajar mengajar dirumahkan, banyak dari orang tua yang mengeluh tak paham akan pelajaran anaknya yang akhirnya berakibat pada kekerasan secara verbal terhadap anak. Hal ini tidak dapat dipungkiri.
Kondisi psikis anak yang akhir-akhir ini banyak terguncang ditambah dengan keadaan pandemi yang serba sulit seperti saat ini adakah kebijakan pemerintah yang benar-benar efektif dan efisien bagi masyarakat pedesaan? Pola pikir masyarakat yang mayoritas masih terbelakang menambah gelapnya lembaran kertas putih dalam sejarah pendidikan. Sehingga kekerasan verbal terhadap anakpun tak dapat lagi dihindarkan. Bukannya malah membuat anak lebih rajin lagi belajar tapi kondisi tersebut malah menjatuhkan mental si anak. Lalu sampai kapan hal ini akan terus terjadi?
Pentingnya penyuluhan terhadap para orang tua tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik dianggap sangat urgent saat ini, karena kondisi psikis yang tidak stabil malah akan menjerumuskan si anak. Tak ayal jika seorang anak lebih takut untuk menyampaikan aspirasinya karena trauma yang dialaminya dahulu membuat perkembangan si anak terganggu. Miris ketika melihat anak kecil yang dipaksa untuk mengerti suatu hal namun dilakukan dengan cara yang tidak seharusnya seperti dengan mengancam, mencaci maki bahkan tak luput dari kekerasan fisik pun terjadi. Lalu mau jadi seperti apa nanti generasi muda ini? Apakah menjadi berandalan yang tak beretika karena kurangnya perhatian dari orang tua atau menjadi orang yang sukses karena didikan yang baik dan tepat?
Sudah sepatutnya sebagai orang dewasa kita mengintrospeksi diri kita apakah yang kita lakukan ini memang sudah benar ataukah keliru. Karena yang akan menjadi korbannya adalah para generasi emas yang suatu saat nanti menjadi harapan besar bagi kita.