“Dan Allah yang mempersatukan hati hamba beriman. Jikapun kaubelanjakan perbendaharaan bumi seluruhnya untuk mengikat hati mereka, takkan bisa kauhimpun hati mereka. Tetapi Allah lah yang telah menyatupadukan mereka…” (QS Al Anfal: 63)
Acara pelantikan gabungan kemarin, jujur bagi saya pribadi adalah bukan sekedar prosesi sakral belaka. Ia jauh melebihi harapan saya dan banyak kader lainnya (beyond the expectation). Jika mengingat persiapan yang singkat, maka ia menjadi sangat hikmat adalah berkat berkah dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Berkah yg Allah turunkan karena kerja-kerja panitia dan para kader yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya agar proses pelantikan menjadi khidmat, selaras dan harmonis.
Semua kader terlibat dan mengambil peran penting. Apa yang bisa mereka lakukan, mereka kerjakan. Walaupun kader ini heterogen namun tujuannya satu: mensukseskan pelantikan.
Semangat dan kekompakan yang demikian harus diteruskan dan dilanjutkan pada masa amanah. Kebersamaan dan pernyataan kesiapan mengemban amanah ini harus terinternalisasi dan menginspirasi kita untuk menghadirkan solidaritas pada masa amanah hingga tuntas nantinya.
Periode ini jangan sampai membebani kita, justru sebaliknya. Ia memberikan kita kesempatan yang terbuka dan lebar ‘tuk bertumbuh, berkembang.
Mengapa demikian? Karena salah satu misi PM adalah “mendorong dan memfasilitasi kader Pemuda Muhammadiyah untuk mengembangkan potensi diri”, sebagaimana tersebut dalam Garis Besar Haluan Gerakan (GBHG), keputusan Muktamar Pemuda Muhammadiyah XVII tahun 2018 di Yogyakarta.
Ideologisasi dan indoktrinasi bukan hal yang pertama dalam Pemuda Muhammadiyah. Karena tujuan utama Pemuda Muhammadiyah yang mapan kita kenal adalah menghimpun, membina, menggerakan potensi pemuda Islam sebagaimana termaktub di dalam AD/ART.
Kader yang heterogen, yang terhimpun di dalam PM dengan segala kecenderungannya yang positif dan disiplin ilmunya adalah sumber ilmu tak terbatas untuk jiwa-jiwa yang haus akan ilmu dan ingin berkembang jauh.

PM hendaknya menjadi wadah kita untuk bertumbuh, menjadi pembelajar yang gigih (long-life learner), beretos kerja yang tinggi dan berkarakter. Sekolah kepribadian tempat kita menggembleng diri. Dengan persepsi demikian maka kita akan lebih ringan menjalani pengabdian ini.
Jika kita merasa terbebani, merasa sudah cukup dengan kehidupan kita yang sekarang, nyaman dengan rutinitas, maka sesungguhnya kita mencukupkan diri kita dalam amal shalih dan kebermanfaatan. Padahal kita sangat mengharapkan adanya banyak amal yang bisa menjadi sebab kita diampuni Allah subhanahu wa ta’ala dan memperoleh ridha-Nya sehingga beroleh Syurga-Nya.
Maka kita harus terus meningkatkan (scale up) mindset, skill, jaringan dan amal shalih kita. Agar kita tidak tergilas dengan persaingan dunia yang semakin terkoneksi atau tertinggal dalam perlombaan menjadi yang terbaik. Jika kita menumbuhkan kualitas diri kita melalui PM, maka dengan sendirinya PM itu sendiri akan berkualitas.
Tujuan akhirnya tentu adalah agar kita mampu menjadi kader penerus bagi Muhammadiyah, Islam dan bangsa yang berkualitas unggul.
Maka, semua program bidang-bidang hendaknya diarahkan pada pengembangan potensi kader-kader PM itu sendiri. Dan hanya kepada Allah sajalah saya memohon agar Dia menghimpun hati kalian kembali agar berkenan untuk bertumbuh bersama.
Selamat menyusun program dan mari menuju Raker dengan semangat yang menyala 🙂
Alangkah indah gagasan
Dan betapa bermaknanya
Jika ada sekelompok manusia
yang berjanji setia mewujudkannya
~ Hasan Al Banna
Salam hormat,
Erick Agung Pamungkas