Oleh: Muhammad Jatnika Pamungkas
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jakarta
Sejak munculnya Covid-19 (Coronavirus Disiase 2019) di negara Tiongkok (Cina) akhir tahun 2019, sampai akhirnya masuk ke Indonesia pada bulan Maret 2020 meninggalkan sejarah baru dan fenomena baru bagi kehidupan manusia. Sejarah baru bahwa wabah virus yang sudah pernah terjadi sejak ratusan tahun lalu, muncul kembali dengan jenis dan varian yang beragam. Selain itu, sejarah kehidupan manusia yang berubah drastis seperti pembatasan kegiatan sehari-hari dalam rangka menekan persebaran wabah tersebut. Fenomena baru yang ada adalah begitu terdampaknya semua bidang kehidupan seperti sosial, budaya, ekonomi, dan pendidikan.
Sebagai pendidik maupun pengajar, penulis lebih terfokus pada fenomena yang terjadi saat pandemi covid-19 pada bidang pendidikan. Banyak hal yang menjadi perhatian masyarakat pendidikan yang terdampak. Kekhawatiran para guru adalah mengenai penguasaan ilmu pengetahuan maupun materi pembelajaran pada siswa. Sedangkan kekhawatiran para orang tua siswa adalah dampak negatif dari penggunaan gawai maupun media pembelajaran berbasis teknologi lainnya.
Sebelum jauh mengenai penguasaan ilmu pengetahuan dan materi pembelajaran di sekolah, tentu perlu menjadi perhatian kita bersama tentang tingkat literasi masyarakat Indonesia. Dikutip dari Wikipedia Indonesia, literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.
Menurut UNESCO, pemahaman seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nila-nilai budaya serta pengalaman. Kemudian, di dalam kamus online Merriam—Webster, dijelaskan bahwa literasi adalah kemampuan atau kualitas melek aksara dimana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis, dan mengenali serta memahami ide-ide secara visual.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa literasi merupakan salah satu budaya penting dalam kemampuan berbahasa pada setiap manusia yang diaplikasikan pada kegiatan membaca, menulis, berbicara, menganalisis, mengidentifikasi dan memecahkan masalah sehingga mampu menghadirkan gagasan, ide dan wawasan baru dalam lingkup kecil maupun besar.
Walaupun wabah virus covid-19 ini bukan wabah pertama di dunia, namun pengaruh terhadap perkembangan zaman sangat terasa. Sebagai masyarakat dibidang pendidikan, harus mampu mengambil nilai positif yang ada untuk selanjutnya dimanfaatkan untuk pengembangan pembelajaran selanjutnya.
Adanya pembatasan kegiatan masyarakat termasuk kegiatan belajar mengajar (KBM) di lingkungan sekolah menjadi tantangan tersendiri untuk guru dan orang tua. Selama pandemi berlangsung sejak Maret 2020, hampir KBM di sekolah tidak diperbolehkan. Interaksi pembelajaran secara langsung antara guru dan siswa diganti dengan pembelajaran dalam jaringan (daring) atau lebih akrab dikenal pembelajaran online.
Oleh karena itu, guru diharuskan mampu mengelola pembelajaran secara daring dengan berbagai media yang dianggap baru terutama bagi guru-guru yang selama ini nyaman dengan metode pembelajaran secara langsung atau tatap muka di ruang kelas. Tidak hanya guru, siswa pun harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi, dengan mengikuti pembelajaran daring.
Dengan begitu, guru, orang tua dan siswa terpusat untuk mempersiapkan segala macamnya untuk pembelajaran daring. Menyiapkan perangkat, kuota internet, dan waktu yang lebih banyak. Pada prosesnya, beberapa diantara guru maupun siswa menganggap bahwa pembelajaran daring sulit dan tidak efektif. Namun sebagain yang lain menganggap mudah dan praktis, bergantung dari kondisi yang dihadapi masing-masing.
Penulis mengamati, bahwa ada proses yang penting dalam pembelajaran daring, bahwa guru bisa melakukan inovasi pembelajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan. Guru akan berupaya mencari metode dan teknik baru dalam mengajar. Guru mengembangkan dirinya dengan baik dengan mencari banyak referensi baik dari buku teks maupun internet. Guru menjadi lebih melek literasi, terutama tentang metode pengajaran yang efektif. Hal itu dapat dilihat dari media pembelajaran yang digunakan. Semakin banyak referensi yang dibaca, maka metode dan media pembelajaran akan semakin bervariasi.
Di samping itu, siswa semakin terasah literasinya di masa pembelajaran daring, yaitu mereka lebih kritis dan teliti dalam mengikuti pembelajaran. Sebagai contoh, dari banyaknya informasi setiap harinya yang ada di grup whatsapp kelas ataupun media informasi sekolah lainnya, siswa dituntut untuk mampu mengembangkan daya kritis, disiplin, termasuk literasi. Dari kemampuan literasi yang semakin baik itu, siswa pun menjadi lebih unggul dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran – tidak hanya bermain game online -.
Baik guru maupun siswa, selepas pandemi ini menjadi komunitas pengajar dan pembelajaran dengan kemampuan literasi yang baik, referensi yang memadai, pengalaman dan karya yang cukup untuk dimanfaatkan pada kesempatan pembelajaran berikutnya, serta mampu menghadapi tantangan zaman dengan menguasai teknologi.