Ciseeng (23/9/21) – Kegiatan Orientasi Pemberdayaan Masyarakat Pesantren dalam Pencegahan Tuberkulosis yang dilaksanakan oleh Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah bekerjasama dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang bertempat di Muhammadiyah Boarding School Ki Bagus Hadikusumo Jampang, Ciseeng – Bogor.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat pesantren dalam upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk penanggulangan tuberkulosis dan permasalahan kesehatan lainnya yang ditemukan di pesantren. Ormas yang melaksanakan kegiatan ini, yaitu ormas mitra Kementerian Kesehatan yang mempunyai wilayah kerja di bidang kepesantrenan. Ormas tersebut diantaranya adalah PBNU, PP. Muhammadiyah, PP. Fatayat NU, PP. Muslimat NU, dan Yayasan Jaringan Pesantren Nusantara (JANNUR) dengan lokasi sebanyak 71 kabupaten/kota dan total 349 pesantren yang juga merupakan kabupaten/kota lokus penanggulangan tuberkulosis.
Muhammadiyah telah melaksanakan kegiatan Orientasi Pemberdayaan Masyarakat Pesantren pertama kalinya di Kabupaten Bogor selama dua hari yang dimulai sejak Rabu-Kamis, 22-23 September 2021. Kegiatan ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan pengetahuan kader pesantren, petugas puskesmas, dan pihak terkait berkenaan dengan kebijakan pemberdayaan masyarakat pesantren dalam mengatasi permasalahan kesehatan di pesantren; (2) Pelaksanaan analisis situasi untuk mengenali kondisi pesantren sebagai dasar penyusunan rencana intervensi kegiatan pemberdayaan masyarakat pesantren; dan (3) Penyusunan rencana intervensi.
Pesantren yang mengikuti orientasi adalah Pesantren Darul Muttaqien, Pesantren Riadul Jannah Ciseeng, Pondok Darussalam Bubulak, Ponpes MBS Ki Bagus Hadikusumo, dan Ponpes Madrasah Mu’allimien Muhammadiyah Leuwiliang. Mu’allimien sendiri mengirimkan 2 santri dan 1 ustadzah dalam acara tersebut yaitu Zahwalia Putri (XI-MIPA), Erika Adeaning (XII-MIPA) dan Ustadzah Nida Sastria A.M.U, S.Psi. Dan ada Dua pesantren, yaitu Darul Muttaqien Parung dan Darussalam Bubulak tidak dapat hadir secara tatap muka karena sedang berlangsung kegiatan vaksinasi, sehingga kegiatan orientasi dilaksanakan dengan metode hybrid. Namun demikian, dua pesantren tersebut tetap aktif mengikuti kegiatan secara virtual.
Hidayati, SKM, MKM selaku salah satu Fasilitator pada kegiatan tersebut sangat mengapresiasi dan bangga atas kehadiran peserta dan perwakilan Puskesmas yang ada di Kabupaten Bogor “Alhamdulillah saya merasa senang bisa bertemu dan bersilaturrahiim dengan semua peserta yang hadir disini juga peserta yang melalui daring, harapan saya acara ini dapat bermanfaat juga ke depannya kita dapat bersinergi dalam hal kebaikan lainnya”. Ibu Hidayati hadir bersama Dr. Emma Rachmawati, Dra., M.Kes yang merupakan Ketua Tim Swakelola Pencegahan Tuberkulosis di Pesantren Kerjasama Kementerian Kesehatan dengan Muhammadiyah.
Pada saat dilakukan Building Learning Commitment (BLC), peserta dari Madrasah Mu’allimien Leuwiliang mengatakan “Harapan saya ingin mengetahui lebih dalam apa itu tuberculosis, sehingga apa yang saya dapatkan di acara ini, bisa saya bagikan kepada teman-teman santri di pesantren Mu’allimien. Agar kami semua dapat terhindar dari penyakit TBC maupun penyakit lainnya”.
Sementara itu, Puskesmas Ciseeng berharap “Semoga pertemuan ini menjadi awal dari ditemukannya kasus TBC di Pesantren, sehingga yang sakit segera diobati dan tidak menularkannya kepada santri lain, semoga pertemuan ini bukan hanya pertemuan saja tetapi ada kelanjutan dari kegiatan ini dan terbentuk Santri Sehat Indonesia”.
Kegiatan ini diagendakan selama dua hari, dimana hari yang kedua merupakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL). PKL yang dilakukan terkait dengan pelaksanaan analisis situasi Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Pesantren (MMP) di pesantren MBS Ki Bagus Hadikusumo, mulai dari mengenali permasalahan kesehatan, menetapkan prioritas permasalahan kesehatan, mengidentifikasi faktor risiko perilaku dan non perilaku, mengidentifikasi potensi yang dimiliki pesantren, pelaksanaan survei mawas diri dan penetapan kegiatan pokok.
Semoga ilmu yang diterima oleh para peserta orientasi dapat diimplementasikan di pesantren masing-masing. Keberhasilan pesantren dalam pemberdayaan masyarakat pesantren untuk hidup sehat akan memberikan kontribusi yang bermakna dalam peningkatan status kesehatan santri dan masyarakat lingkungan pesantren yang pada akhirnya meningkatkan kualitas santri sebagai aset pembangunan nasional Indonesia. Santri Sehat Indonesia Maju!