Mahkota Muhammadiyah yang Hilang
Restu Kurniawan Wibawa*)
Bogor – Dikdasmen – Sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan yang sudah berdiri lebih dari satu abad, kita semua mengenal Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan yang menjadi pelopor sistem pendidikan modern di Indonesia. Hal ini sudah ditunjukan oleh K.H Ahmad Dahlan sebagai Founding Father Muhammadiyah ketika beliau mendirikan lembaga pendidikan yang integral; dengan membuang sekat-sekat distorsi antara pengetahuan umum dan agama. Gagasan ini muncul atas ketidakpuasan dirinya ketika melihat adanya dualisme sistem pendidikan, yaitu sistem Islam yang berbasis di pesantren dan sistem pendidikan sekuler yang berbasis di sekolah-sekolah yang dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda. Maka, sejak saat itulah transformasi sistem pendidikan di Indonesia terjadi. Muatan pelajaran Agama mulai bisa masuk ke sekolah umum dan pelajaran umum juga diajarkan di sekolah berbasis Agama seperti pesantren. Saya tidak membayangkan, apabila K.H Ahmad Dahlan tidak melakukan revolusi pendidikan di Indonesia pada saat itu, mungkin kondisi pendidikan kita hari ini baru bisa kita rasakan dua puluh atau tiga puluh tahun yang akan datang.
Sampai saat ini, Muhammadiyah tetap konsisten berkontribusi bagi bangsa di bidang pendidikan. Tercatat lebih dari 10.000 lembaga pendidikan, setingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, dari Sabang sampai Merauke. Ini menunjukan Muhammadiyah terus berupaya menghadirkan pemerataan akses pendidikan bagi setiap anak bangsa sebagaimana yang diamanahkan oleh konstitusi kita. Selain dari aspek kuantitas, Muhammadiyah juga mampu menjaga kualitas lembaga pendidikanya. Ini terbukti dari banyaknya prestasi yang diperoleh lembaga Pendidikan Muhammadiyah, baik yang berupa prestasi akademik maupun non-akademik. Kendati demikian, bukan berarti pendidikan di Muhammadiyah telah mencapai titik sempurna. Tentu saja masih ada lembaga pendidikan Muhammadiyah yang berada dalam kategori belum cukup baik. Namun, naif rasanya apabila kita hanya meng – capture bagian itu saja, lantas menghilangkan pencapaian yang lebih besar yang begitu amat sangat terasa bagi kita semua.
Di Kabupaten Bogor sendiri, Muhammadiyah telah mendirikan 64 lembaga pendidikan, terdiri dari 62 sekolah tingkat dasar hingga menengah atas, ditambah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah (STKIPM) dan Sekolah Tinggi Teknologi Muhammadiyah (STTM). Sayangnya, kesemua itu rasanya belum cukup membuat Muhammadiyah “dilirik” oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor sebagai organisasi kemasyarakatan yang mempunyai peranan penting di bidang pendidikan. Kesan demikian muncul ketika saya melihat hasil penetapan dewan pendidikan Kab. Bogor periode 2022 – 2027. Dari 11 nama terpilih, tidak ada satupun keterwakilan dari Muhammadiyah disana. Hasil ini tentu saja memunculkan sebuah tanda tanya besar, faktor apa yang tidak dimiliki Muhammadiyah, sehingga wakil Muhammadiyah masih dianggap belum layak menjadi bagian dari Dewan Pendidikan Kab. Bogor? “Kedekatan” kah? Tanpa bermaksud menggugat hasil seleksi Dewan Pendidikan Kab. Bogor yang diselenggarakn oleh pansel, saya kira penting rasanya untuk menejelaskan kepada publik terkait mekanisme dan instrumen penilaian yang digunakan dalam proses seleksi ini.
Terlepas dari semua fakta yang ada dan terjadi di lapangan, saya mengajak kepada seluruh kader Muhammadiyah yang ada di Kabupaten Bogor untuk terus melakukan kerja-kerja nyata di bidang pendidikan. Saya percaya Muhamamdiyah akan tetap konsisten untuk berkiprah di jalan dakwah dan pendidikan, dengan atau tanpa terlibat langsung sebagai anggota Dewan Pendidikan. Muhammadiyah telah memiliki DNA yang sangat kuat untuk mengabdikan diri kepada Bangsa dan Negara. Lebih lanjut, sebagai individu yang juga berkecimpung di dunia pendidikan, mahkota atau predikat Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan yang menajadi pionir perjuangan di bidang pendidikan tidak akan bisa dihilangkan dari hati dan pikiran masyarakat. Mahkota itu hanya hilang dihati dan pikiran panitia seleksi.
Fastabiqul Khairat
*) Restu Kurniawan Wibawa adalah aktivis Angkatan Muda Muhammadiyah Kabupaten Bogor.